Oleh: Darul Qutni, Presidium IKAAD 2006-2007
Hakikat organisasi adalah cara kerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, IKAAD (IKATAN ALUMNI AL-AWWABIN DEPOK), yang lahir pada 25 Desember 2004 adalah wadah dan metode kerjasama alumni Al-Awwabin untuk menuju pembangunan hubungan sesama alumni yang lebih produktif dan orientatif.
Masa Lalu IKAAD
Para pendiri IKAAD di Mubes I (pertama), pada 25 Desember, sedari awal sudah bersepakat, bahwa IKAAD memilih untuk menjadi organisasi yang berwatak profesional. Namun, masa lalu tinggallah kenangan. Watak organisasi seperti itu, selama 3 tahun berjalan ternyata belum juga terbentuk. IKAAD gagal mewujudkan AD/ART-nya yang memang tidak didukung oleh basis material yang terpenting: yaitu pengurus yang berwatak fighter, mobile dan memiliki etos kerja tinggi. Akhirnya roda organisasi yang konsepnya ada pada AD/ART, Program Strategis, dan kesepakatan forum demi forum, gagal diwujudkan. Pada Mubes ke-2 yang memilih Abdul Muhyi dan struktur yang lebih fleksibel, yaitu presidium, juga belum mampu memasifikasi dan meningkatkan intesitas aksi-aksi IKAAD. Keadaan ini diambil dari melihat kenyataan bahwa IKAAD lebih banyak diam dibandingkan gerakannya.
Siapa yang bertanggungjawab?
Tentu saja para pendiri dan pengurusnya. Bukan anggota. Bukan simpatisan. Bukan AD/ART-nya. Bukan programnya. Bukan pembinanya dan hal lain yang bukan-bukan. Saya yakin alumni akan mendukung dalam arti seluas-luasnya, jika IKAAD mengadakan sebuah gerakan dan aksi-aksi yang positif. Kalau memang kita mau bertanggung jawab, maka IKAAD ke depan akan lebih jelas dan masa depannya akan semakin terang dan bercahaya.
Bagaimana Ke Depan?
Saya mengusulkan, IKAAD ke depan, lebih fleksibel, lebih simple, dan lebih cair. IKAAD ke depan, harus kita kembalikan lagi menjadi perkumpulan dan paguyuban alumni Al-Awwabin. Program-program aksinya tidak perlu distatiskan, dirutinkan, dan dijangka-jangkakan. IKAAD tidak perlu terjebak pada aspek birokratisasi, administratisasi, formalisasi, simbolisasi, ikonisasi, sloganisasi, yang potensial mendorong kemandulan dan kemacetan komunikasi organisasi jika tidak diimbangi dengan substansialisasi, dan materialisasi.
Program IKAAD diharapkan lahir dan muncul lewat dialektika ide yang berkembang pada perkumpulan-perkumpulan informal alumni Al-Awwabin yang kemudian dimatangkan, dihubungkan dan diseimbangkan pada dialektika materi historisnya. Yang penting, intensitas perkumpulan dan komunikasinya yang harus dijaga untuk membuka sebuah ruang dialektika itu berkembang. Kalau tidak pernah komunikasi, kumpul, dan berinteraksi pada tataran maya sekalipun, maka saya yakin masa depan IKAAD akan semakin gelap. Wallahu a'lam
Hakikat organisasi adalah cara kerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, IKAAD (IKATAN ALUMNI AL-AWWABIN DEPOK), yang lahir pada 25 Desember 2004 adalah wadah dan metode kerjasama alumni Al-Awwabin untuk menuju pembangunan hubungan sesama alumni yang lebih produktif dan orientatif.
Masa Lalu IKAAD
Para pendiri IKAAD di Mubes I (pertama), pada 25 Desember, sedari awal sudah bersepakat, bahwa IKAAD memilih untuk menjadi organisasi yang berwatak profesional. Namun, masa lalu tinggallah kenangan. Watak organisasi seperti itu, selama 3 tahun berjalan ternyata belum juga terbentuk. IKAAD gagal mewujudkan AD/ART-nya yang memang tidak didukung oleh basis material yang terpenting: yaitu pengurus yang berwatak fighter, mobile dan memiliki etos kerja tinggi. Akhirnya roda organisasi yang konsepnya ada pada AD/ART, Program Strategis, dan kesepakatan forum demi forum, gagal diwujudkan. Pada Mubes ke-2 yang memilih Abdul Muhyi dan struktur yang lebih fleksibel, yaitu presidium, juga belum mampu memasifikasi dan meningkatkan intesitas aksi-aksi IKAAD. Keadaan ini diambil dari melihat kenyataan bahwa IKAAD lebih banyak diam dibandingkan gerakannya.
Siapa yang bertanggungjawab?
Tentu saja para pendiri dan pengurusnya. Bukan anggota. Bukan simpatisan. Bukan AD/ART-nya. Bukan programnya. Bukan pembinanya dan hal lain yang bukan-bukan. Saya yakin alumni akan mendukung dalam arti seluas-luasnya, jika IKAAD mengadakan sebuah gerakan dan aksi-aksi yang positif. Kalau memang kita mau bertanggung jawab, maka IKAAD ke depan akan lebih jelas dan masa depannya akan semakin terang dan bercahaya.
Bagaimana Ke Depan?
Saya mengusulkan, IKAAD ke depan, lebih fleksibel, lebih simple, dan lebih cair. IKAAD ke depan, harus kita kembalikan lagi menjadi perkumpulan dan paguyuban alumni Al-Awwabin. Program-program aksinya tidak perlu distatiskan, dirutinkan, dan dijangka-jangkakan. IKAAD tidak perlu terjebak pada aspek birokratisasi, administratisasi, formalisasi, simbolisasi, ikonisasi, sloganisasi, yang potensial mendorong kemandulan dan kemacetan komunikasi organisasi jika tidak diimbangi dengan substansialisasi, dan materialisasi.
Program IKAAD diharapkan lahir dan muncul lewat dialektika ide yang berkembang pada perkumpulan-perkumpulan informal alumni Al-Awwabin yang kemudian dimatangkan, dihubungkan dan diseimbangkan pada dialektika materi historisnya. Yang penting, intensitas perkumpulan dan komunikasinya yang harus dijaga untuk membuka sebuah ruang dialektika itu berkembang. Kalau tidak pernah komunikasi, kumpul, dan berinteraksi pada tataran maya sekalipun, maka saya yakin masa depan IKAAD akan semakin gelap. Wallahu a'lam
2 komentar:
sepakat. semoga masa depan IKAAD nanti menjadi lebih terarah dan jelas keberadaannya. IKAAD bisa bangit, bila kita sebagai para alumni memiliki kebersamaan. tidak ada kelompok-kelompok yang menguasai IKAAD, karena IKAAD milik bersama, milik alumni.
Ane Alumni Al-Awwabin juga angkatan tahun '98 ( kalo ngg salah..pastinya sekelas dengan Darul Qutni, Mawardi.. Insya Allah Mereka masih inget), kami Irvan, Umar, Robby, Isna temen dari jembatan serong... situsnya di kembangkan aja lagi... Insya Allah Al-Awwabin tambah maju...
ALLAHU AKBAR..
Posting Komentar